Sepuluh tahun terakhir ketika gereja di Indonesia belajar bahwa gereja terbesar di dunia - yang ada di Yoido Full Gospel Church di Korea - di hasilkan oleh jemaat yang tekun berdoa, maka gereja di Indonesia lantas ikut-ikutan belajar bagaimana berdoa. Banyak penerbit Kristen menterjemahkan buku-buku tentang doa yang isinya tentang bagaimana berdoa yang benar, spritual warfare / peperangan rohani, pemetaan rohani / spiritual mapping, bagaimana menjadi Kristen kelas dunia yang kaya, bagaimana terlepas dari kemiskinan dan hutang, bahkan saya sendiri pernah nyaris menerbitkan buku yang berjudul "Bagaimana supaya doa seorang pemulung dikabulkan Tuhan dan doa sang toke ditolak". Tujuan dari mobilisasi doa itu adalah supaya terjadi kebangunan rohani di Indonesia. Supaya kekristenan di Indonesia itu maju, supaya gereja tidak lagi dianiaya, supaya lebih banyak orang percaya di Indonesia, supaya kasih dan kemurahan Tuhan boleh terjadi di di Indonesia, supaya lebih mudah untuk mendapatkan ijin membangun gereja bahkan supaya mudah dapat jodoh alias pasangan hidup dan mendapatkan mertua yang baik.
Sepuluh tahun terakhir jabatan "intercessor" alias "pendoa syafaat" mendapat gengsi tersendiri (karena posisinya yang strategis) dalam komunitas gereja (terutama karismatik / pentakosta atau yang berafiliasi dgn GKLMS-Gereja Kristen Langsung Masuk Sorga) - dan karena membanjirnya para intercessor / pendoa syafaat , karunia itu sudah dijadikan topeng dan dimanipulasi sedemikian rupa oleh para " pendoa syafaat gadungan". Itu sebab beberapa tahun terakhir karunia pendoa syafaat sudah dikebiri bahkan diperkosa fungsinya (oleh komunitas gereja) hanya sebagai orang yang berdoa memintakan sesuatu bagi orang lain (menurut kamus intercessor adalah "perantara / pengantara / orang yang berdiri di tengah". Sama sekali tidak ditonjolkan fungsi lain yaitu menegur suatu kesalahan / dosa orang yang didoakan !
Kita semakin terbius untuk giat berdoa apalagi ayat di atas diikuti kalimat pendukung di belakangnya: "... Bapa manakah diantara kamu yang akan memberi batu jika anaknya meminta roti dan akan memberi ular / kalajengking jika anaknya meminta yang ikan. Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga ! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Kelompok literal akan memahami itu sebagai : Tuhan tidak akan memberi kamu Suzuki Smash kalau kamu memang meminta Suzuki Thunder or Yamaha Scorpio. Tuhan tidak akan memberikan becak dayung kalau kamu memang meminta sedan Jaguar kepada-Nya. Tuhan tidak akan memberi kamu jabatan ketua RT kalau memang kamu meminta menjadi walikota. Ayat-ayat itu hanya akan memotivasi kita menaikkan doa-doa yang ambisius - kalau kita tidak melihat seutuhnya segala aspek tentang doa yang ada di kitab suci !! Sebenarnya tidak ada yang salah dengan doa. Tidak ada salahnya kalau kita rajin berdoa. Kita hanya bersalah ketika kita rajin berdosa. Doa menjadi salah ketika doa itu dimotivasi oleh sesuatu yang salah. Akibat pengaruh buku dan arus pengajaran yang tidak seimbang orang Kristen menjadi lebih senang berdoa meminta sesuatu ketimbang bergiat untuk mentaati perintah Tuhan (misalnya untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri dan mengasihi Tuhan dengan segenap hati - segenap akal budi).
Doa menjadi dosa ketika apa yang kita mintakan ke Tuhan hanya akan kita pakai untuk memuaskan keinginan / hawa nafsu kita sendiri. Doa menjadi dosa ketika kita berdoa buat kemajuan orang lain, tetapi mental kita sendiri tidak siap dan tidak ingin melihat orang lebih maju dari kita di kemudian hari. Doa menjadi dosa ketika mentalitas hati orang yang berdoa dipenuhi oleh iri, dengki, benci, dendam, dan perseteruan dan sakit hati !!! Doa yang lahir dari orang-orang yang seperti itu tidak akan pernah didengar Tuhan ! Bahasa Medannya : "hanya nambah-nambahin dosa ajanya itu...":(
Ditulis di medan 14 mei 2008 rabu pkl:13:25 wib by : siregar, erwin
(sumber : milis apik)
0 komentar:
Posting Komentar