Senin, 08 September 2008

Penundaan yang membawa berkat

Ada seorang Ibu sudah gagal ginjal, dan ginjalnya harus diganti. Katanya di China ada transplantasi ginjal yang baik dan semua sudah dihitung ukurannya, memang pas untuk Ibu tersebut. Jadi dia siap berangkat dengan suaminya, tapi waktu dia mengajukan visa di Kedutaan China, dia ditolak. Dia berusaha sekali lagi tapi ditolak lagi. Padahal waktunya sudah mepet dan anehnya biasanya China sangat mudah mengeluarkan visa. Bahkan suaminya sudah mendapatkan visa, tetapi hanya dia yang tidak bisa mendapatkan. Dengan jengkel, dia terus berdoa agar Tuhan membukakan jalan, tetapi tetap tidak ada jalan, akhirnya seseorang mengusulkan agar dia lewat Singapore saja. Jadi dalam perjalanannya ke China dia berangkat lewat Singapore. Sampai di Singapore temannya menganjurkan agar dia check up dulu, karena sesampainya di Singapore ternyata ada masalah lain yang muncul secara mendadak. Waktu diperiksa oleh ahli jantung, ternyata dokternya mengatakan bahwa jika dia transplantasi ginjal, pastilah dia mati, sebab jantungnya mengalami pembengkakan dan dari segi kedokteran jantung yang rusak jika pada saat yang bersamaan dilakukan transplantasi ginjal orang tersebut pasti langsung mati di tempat.
Betapa bersyukurnya Ibu ini kepada Tuhan yang membuat pihak Kedutaan China menolak mengeluarkan visanya. Seandainya saja dia langsung ke China dan menyangkok ginjalnya, bukan ginjal yang dia dapatkan, tapi ajal yang menyambutnya. Tahulah dia bahwa penundaan, penolakan, datang untuk kebaikannya. Seandainya dia ngotot pergi ke China dengan caranya sendiri, pastilah dia tidak menikmati kasih Tuhan yang ditunjukkan lewat penolakan visa. Akhirnya dia belajar dan mengajar banyak orang, bahwa jikalau ada penolakan atau penundaan, bersyukurlah, sebab Tuhan tahu yang terbaik buat anak-anak-Nya.

Ada seorang pendeta yang gereja kecilnya sudah hampir rubuh, dia harus membangun, merenovasi lebih baik. Jadi dia bersama-sama dengan 5 pendeta lain mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah untuk merenovasi gedung gereja. Semua mendapatkan ijin, hanya dia sendiri yang ditolak. Dia jengkel sekali, sebab tidak ada alasan untuk penolakan gerejanya, karena gereja yang lain masih lebih bagus bangunannya daripada gerejanya dan dia harus segera mendapatkan ijin agar jika hujan tidak bocor, gedung tidak miring dan jemaat nyaman. Tetapi ijin tetap tidak diberikan.
Suatu kali ada seorang pengusaha mendatanginya dan menawarkan tanah yang besar di daerah pinggiran kota. Setelah pendeta ini melihat tanah itu, dia berdoa dan membeli dengan cicilan yang sangat baik. Dan akhirnya dia mampu membangun gedung gereja yang sangat luas, bagus dan megah. Setelah menoleh ke belakang, dia sangat bersyukur, sebab jika dia diberi ijin renovasi, dia hanya tambal sana sini, depan atas, tapi tidak memiliki gedung besar seperti sekarang.
Berkali-kali setiap saya menengoknya, dia akan menceritakan kisah ini dengan hati penuh haru. Saya jadi semakin belajar bahwa penolakan dan penundaan sering mendatangkan kebaikan. Walaupun tidak semua penolakan kita terima begitu saja, karena ada juga penolakan yang membutuhkan kegigihan kita sehingga kita tidak patah semangat. Tetapi ada penolakan-penolakan yang harus diterima dan disyukuri, karena selalu ada hikmah di balik "kegagalan" perjuangan kita. Jika kita sudah berjuang dan "gagal", Tuhan pasti menyediakan yang jauh lebih baik daripada yang kita rencanakan.

Pada waktu berada di Korea, saya mendengar kesaksian seorang misionaris di Indonesia. Dia seorang pria Korea, yang sejak kecilnya merasa terpanggil untuk menjadi misionaris di pedalaman Kalimantan. Dalam persiapan-persiapannya, dia banyak menyelidiki tentang suku-suku primitif di Indonesia. Semakin hari hatinya semakin bergelora dan ingin segera pergi ke ladang misi. Pada waktu yang dikiranya sudah tepat, tanpa disangka-sangka dia mengalami kecelakaan parah dan berbulan-bulan lamanya dia harus dirawat di rumah sakit. Hari-harinya suram, mimpi-mimpinya hampir punah saat dokter memvonis bahwa salah satu kakinya harus diamputasi. Dia menangis sejadi-jadinya dan putus asa sampai tidak ada seorang pun yang sanggup meyakinkannya bahwa Tuhan masih punya rencana yang indah dalam hidupnya. Harapannya, mimpinya, visinya, hatinya, hidupnya, semuanya hancur saat menyadari bahwa dengan keadaannya yang baru dia tidak mungkin datang ke pedalaman Kalimantan.
Berhari-hari dan berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun dia merenungi nasibnya. Dia mencoba mengubur semua harapannya dalam-dalam; dia merasa bahwa Tuhan menghancurkan semua mimpi-mimpinya. Bukankah ini panggilan Tuhan ? Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi ? Mengapa kaki yang akan dipakai sebagai sarana penginjilan busuk dan dipotong? Apakah Iblis tidak suka dengan panggilan ini ? Tetapi jika Iblis ingin merampas maksud mulia ini, bukankah Tuhan sanggup menolongnya dengan kemahakuasaan-Nya ? Mengapa, mengapa dan mengapa ?
Sekalipun dia memakai kaki palsu yang berat, keadaannya sudahlah tidak sama dengan dulu. Cara jalan juga tidak selincah dulu dan geraknya tidak sebebas pada waktu kakinya utuh. Pada suatu hari, entah bagaimana kisahnya, dia bangkit dari keterpurukannya; mempersiapkan bekalnya, pakaian secukupnya dan berangkat menyusuri pelosok primitif di Kalimantan. Mimpi dalam hatinya yang dulu sempat terkubur kini menyeruak keluar. Ada bara dalam hatinya, betapa dia merindukan saat-saat seperti ini beberapa tahun yang lalu. Kini ia benar-benar berada di pedalaman ! Dia banyak mendengar bahwa setiap misionari kulit putih yang datang pasti dilahap oleh penduduk asli. Namun hal itu tidak pernah memadamkan tekadnya, ia terpanggil untuk melayani suku primitif di pedalaman Borneo.
Beberapa hari berada di sana, ia menyalakan api, mulai membabat hutan dengan susah payah dan hal itu tercium oleh penduduk asli. Mereka mengincarnya dan mereka mengejar misionari ini. Saat mereka memburunya dengan tombak, sang misionari berlari tergopoh-gopoh meninggalkan semua barang-barangnya, dia berlari sekuat-kuatnya sambil berseru-seru kepada Tuhan. Tapi dalam pelariannya, kakinya terlepas sebelah, ia merangkak dengan tangan dan satu kaki. Para pengejar berhenti dan mendapatkan kaki itu ! Lumayan juga, sedikit bahan makanan - daging putih fresh! Saat mereka menggigit daging itu, gigi mereka rontok! Peristiwa itu membuat mereka ketakutan dan menjauhi misionari yang mengintip dari kejauhan. Suku primitif itu membawa kaki ajaib itu kepada kepala suku mereka. Kepala suku yang doyan daging putih orang asing segera juga menggigit, tetapi sama, mereka tidak mampu melahap daging keras orang asing satu ini. Akhirnya mereka menangkap misionari ini dan mereka menyembahnya. Inilah pertama kalinya dalam sejarah dimana mereka bertemu dengan seorang dewa, yang lebih sakti, lebih kuat dari penduduk asli yang sudah bertahun-tahun melahap daging para misionaris.
Akhirnya, dengan kejadian ini, misionari tersebut memenangkan banyak jiwa di seluruh desa tersebut! Tuhan memakai penundaan, kesakitan dan "kegagalan" untuk kebaikan Kerajaan-Nya. Seandainya kedua kakinya utuh, tentulah nasibnya sama dengan para misionaris lain yang dagingnya dibakar rame-rame jadi BBQ dan suku primitif itu tidak akan pernah percaya kepada Yesus. Tetapi "hanya" gara-gara kehilangan satu kaki, seluruh desa diselamatkan. Mujizat besar, mujizat ajaib selalu dipersiapkan bagi anak-anak Tuhan yang percaya sepenuhnya kepada cara kerja Tuhan yang misterius. Only believe!

Kita bersyukur punya Tuhan yang Mahatahu bukan? Dia mengenal kita, Dia yang paling tahu sifat-sifat kita, sejak dari kandungan ibu kita masing-masing, Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Cuman kita ini suka maksain kehendak, mau menangnya sendiri, bonek, mau benernya sendiri, susah diatur, susah nurut - dan itu mengakibatkan penderitaan berkepanjangan untuk masa depan kita sendiri. Banyak orang nekad melangkahi kehendak Tuhan dan akhirnya mereka harus menanggung resiko hujan air mata, hujan badai rumah tangga, hujan keterpurukan keuangan, ketidak-harmonisan, kekurangan, kesakitan, sakit hati, pilu, duka lara, hutang piutang, merana, dll. Dan akhirnya mereka berkata: Ah, seandainya dulu aku.. Wah, nasi udah jadi bubur ayam Asiong Medan. Jadi sebaiknya kita nurut total aja ama Tuhan, walaupun menyakitkan buat kita, tapi percayalah, Dia yang mengenal engkau lebih baik daripada pengenalanmu terhadap dirimu sendiri, Ia akan menggiringmu ke rumput hijau nan aman. Jangan keraskan hatimu untuk memenuhi keinginan 'sementara'mu yang so pasti non-perfect itu, berserahlah kepada-Nya.

( sumber : Laurensius Wong )

0 komentar:

Sekilas PDKK Hati Kudus Yesus
Persekutuan Doa Kharismatik Katolik Hati Kudus Yesus, bersekutu setiap Jumat, pukul 18.30, Graha Widya Mandala - Lantai 7, Jl. Dinoyo 48, Surabaya.

Blog ini dibuat untuk mewujudkan sebuah komunitas yang terus berlangsung, tidak hanya setiap hari Jumat, melainkan setiap saat tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat.
Sangat diharapkan pengunjung Blog ini aktif untuk saling mendukung dan menguatkan dalam Kasih Kristus. Pengunjung dapat membagikan kesaksian, mereferensikan buku rohani yang bagus, atau link web yang membangun iman, berdiskusi / tanya-jawab antar pengunjung, dsb.
Kritik dan saran dapat dikirim melalui email ke pdkk.hky@gmail.com

Semoga komunitas maya ini semakin menumbuhkan iman Kristiani.

Tuhan Yesus Memberkati.